Blog – November 21, 2023
Kehidupan seseorang ditandai dengan berbagai momen yang membuatnya merasakan banyak hal. Selain itu, usia juga jadi penanda setiap orang melalui pasang surut hidup dari pengalaman yang sudah menumpuk. Apa yang terjadi sebelumnya, akan jadi pengalaman hidup dan petunjuk setelahnya.
Tidak sedikit para komika berbagi perjalanan hidupnya di atas panggung dengan keresahan melakoni hidup sehari-hari. Mulai dari pekerjaan, keluarga, hingga fenomena sosial selalu jadi senjata utama untuk meraih antusias dan tawa dari penonton di hadapannya.
Komika yang cukup mahir menguasai hal-hal di atas adalah komika yang kerap diserbu netizen karena pernyataannya di media sosial. Sahabat pro dan kontra Popon Kerok, ia adalah Patra Gumala. Dan saat ini, ia kembali membakar semangatnya di komedi tunggal dengan pertunjukan spesial berjudul Merdeka atau Party.
Pada Jumat malam (15/9) di Markas Comika, Patra mencoba kesiapannya untuk tampil selama satu jam lebih di panggung Usmar Ismail nanti pada 30 September 2023. Persiapannya di Markas Comika itu ia beri nama Detik-detik Merdeka atau Party. Di Markas Comika malam itu tidak ada Sayuti Melik, ya.
Patra juga mengajak kedua opener-nya ke Markas Comika dalam Merdeka atau Party, dua perempuan yang cukup galak di atas panggung. Mereka adalah Firda Indira dan Alma Silviani. Pemilihan opener dengan taktik sebaik Pep Guardiola dari Patra.
Firda jadi komika pembuka Detik-detik Merdeka atau Party. Ia memulai aksinya dengan menyinggung patra yang memilihnya sebagai opener karena taktik semata. Tentu saja, menjaring penonton sebanyak mungkin. Firda membicarakan kontennya bersama Bochum yang selalu ramai oleh netizen karena pro dan kontranya. Menyuarakan hak-hak perempuan kadang tak semulus yang ia kira. Firda juga menghadirkan premis soal bagaimana perjalanan panjang perempuan kala berdandan dengan punchline menohok.
Komika pembuka berikutnya adalah Alma Silviani. Dimulai dengan menggoda Patra yang ia sebut sebagai omnya sendiri kala menunjuknya sebagai opener. Nyablak dan apa adanya adalah ciri khas Alma, dan di panggung itu ia banyak mengeluh soal omongan netizen yang suka membandingkan dirinya dengan komika perempuan lainnya. Alma terlihat tanpa beban, ia bermain sesuka hatinya di atas panggung dengan materi yang baru dan menyenangkan. Bahkan, ia mencatat dan merevisi langsung materinya di atas panggung tersebut.
Tamu spesial Detik-detik Merdeka atau Party malam itu adalah Pandji Pragiwaksono. Ia membuka materinya dengan nasihat pernikahan yang telah ia lakukan selama bertahun-tahun dengan Gamila. Syukurnya, beberapa di antara penonton cukup relevan dengan materi tersebut. Pandji juga membicarakan soal sosok Luhut Binsar Pandjaitan. Ini bukan membicarakan soal negatif, tapi lebih kepada bentuk perhatian. Bagaimana sampai ia tampil di panggung malam itu, sosok Luhut Binsar Pandjaitan mengampu banyak pekerjaan dari sosok RI 1. Menghibur sekali.
Tiga komika pembuka telah menaikan suhu Markas Comika. Selepas itu giliran Patra yang ambil kendali pertunjukan. Patra sudah tampil beringas sejak awal dengan materinya. Bagaimana ia mengambil kembali ingatannya tentang serangan netizen di twitter tentang materinya di Patraiarki. Tajam, menimbulkan kegaduhan, dan tentu saja menambah premis lain untuknya.
Patra sedikit menuturkan bagaimana Merdeka atau Party nantinya adalah sebuah pertunjukan spesial yang berisi keresahan dan sumber permasalahan besar untuknya. Keresahan akan menjadi bapak-bapak menuju kepala 4 dalam dua tahun mendatang. Ada banyak keresahan, kemarahan, dan pertanyaan yang muncul dalam diri Patra menuju usia 40. Dan semuanya akan tertuang dalam Merdeka atau Party.
Sebagai seorang suami, Patra juga membawa keresahan dalam kehidupan rumah tangganya. Bagaimana pengalaman memberikan banyak peran penting untuk keharmonisan hubungan suami dan istri. Selain itu, Patra juga berpesan, kecepatan berpikir dalam komunikasi juga perlu dilatih.
Ada banyak perbandingan yang dibawa Patra dalam Merdeka atau Party. Perbandingan paling nyata adalah soal bagaimana menghadapi kehidupan dengan orang-orang di sekitarnya yang berbeda generasi cukup jauh. Ada sisi yang saling berlawanan dan tak bisa begitu saja disalahkan. Patra mengupasnya cukup dalam dan memastikan posisinya untuk berada di generasi saat ini dengan alasan yang pasti.
Patra menunjukan sisi yang hangat juga dalam Detik-detik Merdeka atau Party ketika membahas keluarga. Ya, keluarga akan selalu jadi pembahasan yang punya magnet besar untuk memikat penonton. Dan cerita Patra pada akhir latihannya berada di ambang kehangatan dan kelucuan yang pas.
Patra tak segan-segan memberikan gambaran pergolakan hidup di usia menjelang kepala 4. Persoalan personal, keluarga, dan isu sosial terjahit rapi dalam satu pertunjukan panjang dengan cara yang menyenangkan. Maka Patra akan tetap menjadi Patra.
Merdeka atau Party layak untuk disaksikan tanpa terkecuali. Patra mampu memberikan sudut pandang untuk kamu yang sebaya atau generasi di bawahnya tentang banyak cara menghadapi hidup dari kacamatanya.
Source : comika.id